Di meja itu hanya ada sebuah
blender dan seteko air, di temani lima buah mangga yang membuatku tertarik untuk
mendekati kedeai jus sederhana di sebuah desa di punggung gunung lawu. Keberadaannya sebenarnya cukup aneh
karena
desa ini cukup sejuk tanpa adanya segelas jus mangga yang biasa hadir
menyegarkan suasana. Tetapi bukan itu yang kan menjadi bahasan di sini, nilai
kearifan penduduk desa yang mempesona yang mendorong untuk sekadara
menuliskannya dalam beberapa kalimat sedehana.
Sang ibu penjual menawarkan untuk mengantar jus mangga pesanan kami,
karena ketika kami memesan jus tersebut, kebetulan es batu belum tersedia
dikedai tersebut. Adakah yang akan ada
mengantar jus ke pelanggannya sejauh satu kilometer selain penjual itu
benar-benar tulus?
No comments:
Post a Comment