5.19.2013

mozaik #10

 ada beberapa film yang cukup mendapat guyuran tawa dari audiens.
karena memang lucu.
karena memang itu nyata dan patut ditertawakan dan
 timbullah satu pertanyaan, untuk apakah film di buat?
jiakalau film itu bercerita tentang kesedihan, kemalangan dan kenyataan sosial di sekitar kita, namun justru banyak audiens yang tertawa, apakah kita memang sudah biasa mentertawakan kelucuan itu?

atau jika film itu kelihatan lucu karena bahasa yang dipakai, pakaian yang dipakai padahal itu menceritakan hal yang harusnya cukup mendapat perhatian kita,dan itu bukan dengan tawa.

untuk pembuat film, haruskah kita tertawa atau menangis???

5.18.2013

PERINGATAN

Jika rakyat pergi
Ketika penguasa pidato
Kita harus hati-hati
Barangkali mereka putus asa
Kalau rakyat bersembunyi
Dan berbisik-bisik
Ketika membicarakan masalahnya sendiri
Penguasa harus waspada dan belajar mendengar

Bila rakyat berani mengeluh
Itu artinya sudah gawat
Dan bila omongan penguasa
Tidak boleh dibantah
Kebenaran pasti terancam
Apabila usul ditolak tanpa ditimbang
Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
Dituduh subversif dan mengganggu keamanan
Maka hanya ada satu kata: lawan!
.

(Wiji Thukul, 1986)

5.17.2013

mozaik #9


preventif or represif?

@boulevard UNS, Surakarta,14/05/2013

SAJAK SUARA

sesungguhnya suara itu tak bisa diredam
mulut bisa dibungkam
namun siapa mampu menghentikan nyanyian bimbang
dan pertanyaan-pertanyaan dari lidah jiwaku
suara-suara itu tak bisa dipenjarakan
di sana bersemayam kemerdekaan
apabila engkau memaksa diamaku
siapkan untukmu: pemberontakan!
 sesungguhnya suara itu bukan perampok
yang ingin merayah hartamu
ia ingin bicara
mengapa kau kokang senjata
dan gemetar ketika suara-suara itu
menuntut keadilan?
sesungguhnya suara itu akan menjadi kata
ialah yang mengajari aku bertanya
dan pada akhirnya tidak bisa tidak
engkau harus menjawabnya
apabila engkau tetap bertahan
aku akan memburumu seperti kutukan

5.16.2013

BUNGA DAN TEMBOK

Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
Kau hendaki tumbuh
Engkau lebih suka membangun
Rumah dan merampas tanah

Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
Kau kehendaki adanya
Engkau lebih suka membangun
Jalan raya dan pagar besi
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang
Dirontokkan di bumi kami sendiri
Jika kami bunga
Engkau adalah tembok itu
Tapi di tubuh tembok itu
Telah kami sebar biji-biji
Suatu saat kami akan tumbuh bersama
Dengan keyakinan: engkau harus hancur!
Dalam keyakinan kami
Di manapun – tirani harus tumbang!

5.12.2013

mozaik #8


Terinspirasi dari teman yang kembali berkesempatan nanjak di Mahameru, teringat lagi kisah pandawa yang pada akhir hidupnya juga mendaki Mahameru untuk mencapai kebahagiaan sejati. dalam perjalanan itu Sadewa yang pertama gagal .

Sadewa gagal karena menganggap dirinyalah yang paling cakap, sifat itu yang membuatnya tak sampai ke Mahameru.

Disusul oleh Nakula yang keliatan mulai kesusahan.

 Nakula juga menghembuskan napas terakhirnya dan tidak mencapai puncak Mahameru akibat dalam dirinya dia menganggap bahwa dirinyalah yang paling lincah dan sakti.  

Ketiga pandawa yang tersisa melanjutkan perjalanan menuju puncak mahameru, kini Arjuna yang tampak kesusahan melanjutkan perjalanan. 
Arjuna akhirnya tak dapat menanjak lagi dan menghembuskan napas akhirnya kesombongannya yang mengaggap dirinyalah yang paling tampan dan sakti dari semua Pendawa penyebab itu semua.  

Bima yang berjalan dengan tegak kini mulai kesusahan, ketika melihat keatas tampaklah puncak Mahameru. Tapi tubuhnya tidak tahan lagi dan Bimapun menghembuskan napas terakhirnya. 
Bima gagal karena dalam hatinya dialah yang paling sakti gagah perkasa tak ada yang ditakuti.  

Tinggallah Yudistira, tokoh paling lemah dari pandawa lima, tetapi kebersihan hatinya tak perlu diragukan yang akhirnya sampai ke mahameru dan ditemui langsung oleh Batara Indra.  



Dari kisah pewayangan itu bisa nampaklah, segala peristiwa itu bisa dimaknai dari sudut pandang manapun, apa itu?
silakan dimaknai sendiri :D

mozaik #7

senja limabelas tahun yang lalu menjadi kelam ketika beberapa mahasiswa yang menggelar aksi damai kemudian menjadi korban penembakan aparat menggunakan peluru yang di bayar oleh rakyat, senjata yang dibeli untuk rakyat, dan aparat sendiri yang tiap hari makan dari uang rakyat. 

itukah wajah demokrasi?



5.11.2013

mozaik #6

"Kekuasaan yang bertuah adalah kekuasaan yang berdaulat, dan hukum ditata berdasarkan kedaulatan itu. Tetapi, apa gunanya banyak cakap? Cakap kosong adalah senjata kaum lemah. Bidikkan panahmu, jangan kata-kata!"

merdesa dalam kata


sebenarnya mengetahui kata merdesa adalah suatu kebetulan ketika iseng membuka kamus thesaurus yang ada dalam salah satu pertisi harddisk yang sangat jarang di buka, partisi SCRIPTSWEET.  namun nampaknya belum se sweet namanya. -,-

merdesa muncul lagi dalam timeline yang di gagas lagi oleh pandji.  dalam albumnya dengan judul "merdesa" mengingatkan untuk kembali mempopulerkan kata tersebut, biar kaya kosakata ceritanya.

lalu merdesa dalam kata?

itu berarti(menurut pendapat pribadi sajalah)sopan santun dalam kata, yang itu bisa dalam bentuk tulisan, artikel, tulisan atau apaun itu, tetapi yang lebih ditekankan dalam perkataan sih sebenarnya.  karena pada prinsipnya dalam setiap perkataan kan sama saja bibir kita membuka, lidah kita menggeliat dan udara keluar dari tenggorokan, maka sama sama keluar udaranya alangkah indahnya kalau yang keluar dari mulut kita adalah kata kata yang baik saja.  sekian, penting? mungkin tidak.  yang penting adalah berkata benar atau lebih baik DIAM.
 MERDESA DALAM KATA !!!!

5.08.2013

mozaik #5

akan tiba masa ketika semua yang terjalin akan terurai satu per satu
semakin renggang,
kekosongan mengisi kosong itu sendiri
hingga pada akhirnya semua akan putus, hilang
apapun alasannya

5.07.2013

mozaik #4

bukankah perbedaan itu indah?

mozaik #3

Resi Sukra, yang suci, luhur budi, dan termasyhur
geram karena ditipu dengan persembahan minuman anggur
karena itu, demi kebajikan dan peri kemanusiaan,
kuperingatkan bahwa kesucian dan keluhuran budi akan
meninggalkan siapa pun yang meminum anggur dengan tidak bijaksana.
Orang yang demikian akan terkutuk
Demikian pesanku dan hal ini akan dinyatakan dalam
kitab-kitab suci sebagai larangan yang tak boleh

karena seorang pemimpin tidak harus berjuang sendirian


     Yudhistira berkata, “Aku sependapat. Aku adalah salah seorang dari raja-raja yang memerintah dengan baik, adil dan menempuh jalan hidup bahagia tanpa mengumbar nafsu. Karena bangga akan hasil yang telah dicapainya, seorang raja bernafsu untuk menjadi Maharajadiraja. Mengapa seorang raja tak bisa puas dan bahagia dengan kerajaannya? Sebaiknya aku lupakan saja nafsu untuk menjadi Maharajadiraja. Gelar itu tidak menarik bagiku. Saudara-saudaraku dan rakyatkulah yang menginginkannya. Engkau saja takut pada Jarasandha, apalagi kami. Apa yang bisa kita lakukan?”
     Bhima, yang membenci watak lemah dan cepat puas diri, berkata, “Ambisi adalah

selanjutnya tentang seorang istri

     “Seorang suami yang merasuk ke dalam tubuh istrinya akan keluar dalam wujud anak. Begitulah yang selayaknya terjadi. Karena itu seorang istri disebut  jaya,  yang berarti ‘dari mana seseorang dilahirkan’. Sebutan itu berasal dari para ahli kitab suci. Anak yang terlahir secara demikian akan menyelamatkan jiwa nenek-moyangnya dari api neraka dan karena itu disebut putra oleh Sang Pencipta. Karena melalui anaknya seseorang akan mampu menaklukkan tiga dunia. Melalui anaknya pula seseorang akan dapat menikmati kedamaian abadi. Dan bersama anak-cucu dan cicitnya, seseorang akan menikmati kebahagiaan kekal. “Istri yang sejati pandai mengatur rumah tangga. Istri yang sejati mengabdikan seluruh jiwanya kepada suaminya. Ia bagaikan belahan jiwa suaminya dan menjadi teman utama di antara semua teman suaminya. Istri adalah dasar agama, keberuntungan, dan hasrat-keinginan.

      Istri adalah akar kelepasan untuk mencapai

5.04.2013

mozaik #2

ini bukan masalah aku meninggalkanmu,
hanya saat aku kembali ada kamu yang menyambut
karena ini bukan perjalanan mudah

5.03.2013

Parlemen Indonesia : Dulu, Kini, dan Nanti




Parlemen dalam hal ini Dewan Perwakilan Rakyat sebagai lembaga kontrol eksekutif dalam menjalankan roda pemerintahan telah melalui berbagai masa dan bentuk dalam lukisan sejarah di negeri ini.  Dalam bentuk sederhana masa lalu parlemen indonesia bisa di bagi dalam empat periode besar.

Pertama, 1945-1955, parlemen merangkap sekaligus pemerintah. Dalam sepuluh tahun itu, Indonesia menghadapi beragam persoalan,

5.02.2013

mozaik #1

saat itu, hanya hangat tanganmu dalam genggamanku yang masih membuatku bertahan
masih sangat erat aku menahan tubuhku dari ketiadaan daya
aku hanya bisa berlutut di depanmu,
"akulah yang membutuhkan kehadiranmu"
dan senyummu adalah akhir dari semuanya.
back to top
back to bottom