10.26.2015

Intip Bu Parti, Intip Kendil Pertama Di Kota Solo

posting ini dipersembahkan untuk usaha-usaha kecil menengah

Tahun 1982, ketiadaan panas matahari membuat produksi intip milik Ibu Parti (53) tak berjalan semestinya.    Intip  yang  biasanya  dijemur  sehari  dua  hari,  kini  membutuhkan  waktu  yang lebih  lama, hingga pesanan pasarpun tak bisa dipenuhi secara optimal.  Hal itu memaksa Bu Parti memutar otak, terciptalah intip, yang dibuat secara sengaja.  Sejatinya intip adalah sisa-sisa nasi kering yang terdapat di dasar periuk ketika proses menanak nasi dengan jumlah besar, untuk menjaga nasi bisa matang secara keseluruhan,  biasanya  nasi  yang  terletak  dibawah  periuk  akan  sedikit  gosong  dan  kering,  itulah  intip. Namun keadaan yang memaksa

karena mereka sebenarnya tidak tahu apa apa...

sebenarnya tulisan ini dan beberapa postingan habis ini terinspirasi dengan salah satu tulisan blogger yang cukup terkenal yang mengulas beberapa tempat makan enak di solo yang sayangnya hanya itu-itu saja.  dalam artian tempat-tempat yang hits saja yang dibahas, maka oleh sebab itu didorongkan oleh keinginan luhur dan keinginan untuk posting ulang beberapa tulisan yang pernah saya buat, daripada tak terpakai , maka dengan ini tulisan-tulisan lawas tentang kota solo akan kembali di tayangkan....

sebenarnya tulisan-tulisan yang akan tampil pun mungkin hanya tempat-tempat hits saja, namun demi kesombongan, maka terbitlah judul diatas yang agak kontroversial.

jadi ya, silakan baca bagi yang berminat ehehehe.....


dan kadang-kadang disajikan dengan bahasa yang agak lebay

sama ada sejarahnya dikit-dikit kok, tak hanya sekadar "mampir ngombe"...


10.22.2015

kesempatan!

seperti kata orang-orang yang entah bijak atau yang jelas lebih berpengalaman, kesempatan itu tidak datang dua kali.  maka ketika ada kesempatan melakukan hal-hal yang baik apalagi sesuai dengan kesenanganmu, maka ambillah.

maka dengan ini saya mengambil kesempatan itu. 

7.01.2015

Kampoeng Batik Laweyan, Menyusuri Peninggalan Samanhoedi...


selain paket wisata membatik, di laweyan
juga masih terdapat masjid laweyan yang
berumur ratusan tahun
Lawe dikenal sebagai serat-serat kapas halus yang merupakan bahan baku pembuatan kain mori. Dahulu penduduk Desa Lawe, sekarang dikenal sebagai Laweyan, hanya memasarkan kainnya. Kata Laweyan menunjukkan tempat dimana banyak benang lawe di sana. Adalah Ki Ageng Henislah yang mengajarkan untuk menggunakan canting. Penyebaran agama dibarengi dengan pendekatan budaya yang mendorong Ki Ageng Henis yang juga keturunan Raja Brawijaya V dari Majapahit mengajarkan membatik kepada santri-santri dan penduduk lokal, hingga akhirnya Laweyan terbentuk menjadi kampung yang memproduksi batik. 
Sejarah mencatat Laweyan adalah salah satu kawasan elit tempat tinggal saudagar saudagar batik di zamannya dahulu.  H Samanhoedi, salah satu tokoh batik Laweyan di masa keemasannya pada awal era 1900-an.  Samanhoedilah yang mendirikan Sarekat Dagang Islam guna mempersatukan pedagang batik pribumi agar bisa bersaing dengan pedagang batik non-pribumi.  Laweyan juga memegang peranan penting dalam kehidupan politik

6.09.2015

Mencicip Gurih Manis Ketan Ledre Laweyan, Panganan Khas Raja Surakarta


ditulis oleh: Imam Saputro

Kota Solo sudah “tercipta” sejak jaman Kesultanan Mataram memindahkan kedudukan raja dari Kartasura ke Desa Sala, 17 Februari 1745. Ratusan tahun Solo tumbuh dan berkembang. Rentang sejarah yang panjang membuat Solo kaya akan tradisi, budaya maupun peninggalan-peninggalan masa lalu. Di Laweyan, di gang-gang sempit yang terbentuk dari tembok-tembok tinggi sejak zaman Kesultanan Pajang, menjadi saksi betapa dahulunya kawasan ini merupakan tempat tinggal para juragan batik dengan kekayaan yang harus dilindungi tembok-tembok setinggi empat meter. Di sebelah barat tugu batik, masih di antara gang-gang sempit itu, kerap kali tercium bau gurih ketan dan harum pisang bakar. 

ledre yang sudah matang berbentuk setengah lingkaran dengan
warna kecoklatan ketan dan harum pisang yang kuat.
Adalah penganan khas yang sejak dulu beriringan dengan serabi sebagai salah satu makanan priyayi zaman dahulu, ledre.
back to top
back to bottom