7.01.2015

Kampoeng Batik Laweyan, Menyusuri Peninggalan Samanhoedi...


selain paket wisata membatik, di laweyan
juga masih terdapat masjid laweyan yang
berumur ratusan tahun
Lawe dikenal sebagai serat-serat kapas halus yang merupakan bahan baku pembuatan kain mori. Dahulu penduduk Desa Lawe, sekarang dikenal sebagai Laweyan, hanya memasarkan kainnya. Kata Laweyan menunjukkan tempat dimana banyak benang lawe di sana. Adalah Ki Ageng Henislah yang mengajarkan untuk menggunakan canting. Penyebaran agama dibarengi dengan pendekatan budaya yang mendorong Ki Ageng Henis yang juga keturunan Raja Brawijaya V dari Majapahit mengajarkan membatik kepada santri-santri dan penduduk lokal, hingga akhirnya Laweyan terbentuk menjadi kampung yang memproduksi batik. 
Sejarah mencatat Laweyan adalah salah satu kawasan elit tempat tinggal saudagar saudagar batik di zamannya dahulu.  H Samanhoedi, salah satu tokoh batik Laweyan di masa keemasannya pada awal era 1900-an.  Samanhoedilah yang mendirikan Sarekat Dagang Islam guna mempersatukan pedagang batik pribumi agar bisa bersaing dengan pedagang batik non-pribumi.  Laweyan juga memegang peranan penting dalam kehidupan politik
terutama pada masa pertumbuhan pergerakan nasional, tak terhitung gulden yang mereka sumbangkan untuk perjuangan Indonesia meraih kemerdekaan.
Kawasan seluas 24 hektar ini bisa ditemui beberapa kilometer dari pusat kota Solo.  Menyusuri Kampoeng Laweyan seperti kembali ke masa di mana saudagar batik mencapai masa kejayaan.  Tembok-tembok bangunan yang tinggi menjulang masih tersisa hingga kini, meski telah kusam dimakan usia, melindungi rumah-rumah didalamnya yang kebanyakan bergaya arsitektur Indisch (Jawa-Eropa).  Konon pada masa itu penghasilan seorang saudagar batik bisa melebihi penghasilan bupati berlipat-lipat,  tak heran rumah mereka berbentuk seperti benteng.  Selain itu, para juragan itu juga ingin melegitimasi kekuasaan di wilayah masing-masing dengan tembok-tembok yang menjulang.  Dengan bentuk rumah yang seperti benteng, terciptalah gang-gang sempit yang hanya bisa dilalui kendaraan roda dua saja.  Peninggalan fisik itu sekarang menjadi daya tarik tersendiri bagi Laweyan yang sekarang sudah bertransformasi menjadi kampung untuk plesiran dengan nama Kampoeng Batik Laweyan ini. 
Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan
salah seorang pembatik dengan meng
gunkan cap di Laweyan
Roda waktu terus berputar, Laweyan sempat mati suri karena munculnya batik printing dengan harga yang lebih murah daripada batik tulis.  Tak dipungkiri batik tulis Laweyan sempat terancam keberadaannya karena tak lagi ada generasi muda yang meneruskan ketrampilan melukis lilin di atas kain mori ini.  Pembatik sekarang didominasi oleh orang-orang dengan usia di atas 50 tahun.  “Semoga saja ada yang mau meneruskan batik tulis.  Jangan hanya lihat dari produk, proses, atau segala macam produksinya, tapi juga nama baik Indonesia,” tutur Sumedi (58), salah satu pembatik tulis yang masih bertahan hingga kini.  
Sempat terpuruk karena masuknya indutri printing, kini Laweyan mulai berbenah.  Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL) adalah organisasi pemberdayaan masyarakat yang dibentuk pada 25 September 2004 seiring dengan dibentuknya Kampoeng Batik Laweyan. “FPKBL menjadi salah satu elemen dari warga Laweyan yang bertujuan untuk mengembalikan kejayaan Laweyan seperti dahulu. Pengembangkan pariwisata berbasis industri batik dan nonbatik, seperti sejarah, bangunan, dan tradisi kawasan yang ingin dicapai.”  cerita Widhiarso, sekretaris FPKBL.
Kini Laweyan sudah kembali berdenyut dengan bau malam panas yang bisa terhirup kala menyusuri gang-gang sempit di Laweyan.  Diakui salah seorang pembatik, rumah–rumah di Laweyan sekarang sudah mulai terbuka, tidak seperti jaman dahulu, tak sembarang orang bisa masuk ke rumah.  Kini akan dijumpai puluhan rumah-rumah kuno yang sekarang berubah menjadi galeri penjualan batik. Deretan papan nama setiap gerai batik pun langsung menyambut pengunjung.  Di tiap gang ada petunjuk galeri-galeri batik. Rumah-rumah batik yang menawarkan berbagai produk batik, mulai dari kain, pakaian, kaus, dan berbagai kerajinan dari batik ini dibuka mulai pukul 08.00 hingga pukul 17.00.  Tak usah khawatir, harga yang ditawarkan dikisaran harga Rp50.000an hingga jutaan, bisa menyesuaikan kemampuan kantong masing-masing, tentu saja dengan beragam motif yang unik.
Laweyan menjadi salah satu desa wisata unggulan di Kota Solo. “Di Laweyan, wisatanya lengkap. Wisata sejarah, ada beberapa situs sejarah juga menanti dikunjungi, seperti Masjid Laweyan yang menjadi satu kompleks dengan makam Kyai Ageng Henis dan Kyai Ageng Beluk, situs rumah dan makam KH Samanhoedi,  wisata budaya, wisata belanja, dan sekarang sudah ada wisata kulinernya juga.”  ungkap dra. Eny Tyasni, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Kota Solo. Dengan mendapat status cagar budaya, Laweyan bisa mempertahankan bentuk rumah-rumah kunonya sebagai aset tanpa harus takut diusik oleh modernisasi yang berlebihan. 
Salah satu pengalaman berharga yang bisa didapat pengunjung kala berwisata ke Laweyan adalah pengalaman membatik di selembar kain kecil, karena sungguh, menggoreskan lilin panas di atas pola sederhana dikain mori itu tak mudah bagi tangan yang tak terbiasa.  Dengan itulah penghargaan terhadap batik tulis warisan nenek moyang kian terasa.
Kalau potensi wisata di Jawa Tengah adalah sebuah puzzle yang terdiri dari ribuan tempat yang tersebar, maka Laweyan hanya satu potong kecil dari puzzle besar tersebut yang tergolong sudah sudah berumur.  Terkadang melihat lebih dekat kepada satu potongan puzzle tersebut akan memberikan pelajaran lebih yang tak kalah ketika melihat puzzle tersebut secara keseluruhan.  Akan masih sangat banyak sekali ribuan tempat dengan potensi masing-masing di penjuru Jawa Tengah, adalah sebuah tugas yang sangat mengasikkan bagi putra-putri terbaik masing-masing daerah untuk menuliskan potensi wisata di daerahnya. 

Paket Wisata Kampoeng Batik Laweyan :
1.Paket Wisata Edukasi
Paket Wisata Edukasi 1 : Paket ini berupa kegiatan keliling Kampoeng Batik Laweyan untuk mengunjungi beberapa obyek wisata seperti tempat proses pembuatan batik (pabrik batik), tempat cagar budaya dan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Durasi kegiatan sekitar 1 sd 2 jam.
Paket Wisata Edukasi 2 : Paket ini meliputi kegiatan Presentasi & Diskusi seputar Kampoeng Batik Laweyan ditinjau dari sudut sejarah, industri batik, cagar budaya dan pengembangan kepariwisataannya yang dilanjutkan dengan kunjungan lapangan ke berbagai obyek wisata seperti tempat proses pembuatan batik (pabrik batik), tempat cagar budaya dan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Durasi kegiatan sekitar 2 sd 3 jam.
2. Paket Kursus Batik
Paket Kursus Batik Singkat : Peserta kursus belajar membuat batik tulis dari proses nyorek (menggambar pola), nyanting dan mewarnai dengan teknik colet. Proses akhir yaitu fiksasi dan nglorot dilakukan oleh Tim Pengajar. Waktu sekitar 2 sd 3 jam. Hasil karya membatik dibawa pulang oleh peserta kursus. Media membatik adalah kain katun ukuran 30 x 30 cm atau kaos (tshirt).

Paket Kursus Batik Intensif : Kursus ini diperuntukkan bagi mereka yang ingin menguasai teknik membuat batik tulis dan batik cap baik tingkat pemula sampai tingkat mahir. Waktu pelatihan dari jam 8.30 sd 16.00 WIB. Pelaksanaan kursus bisa berlangsung sampai beberapa hari tergantung banyaknya materi kursus. Peserta mendapatkan materi pelatihan baik teori dan praktek dari Tim Pengajar yang sudah berpengalaman.

No comments:

Post a Comment

back to top
back to bottom