9.27.2012

Bermula dari Sebutir Telur

Konon Sang Hyang Wenang berputra satu yang bernama Sang Hyang Tunggal. Sang Hyang Tunggal kemudian beristri Dewi Rekatawati putri kepiting raksasa yang bernama Rekata.  Suatu ketika rekatawati mengeluarkan sebutir telur.  Telur tersebut kemudian jatuh ke bumi dan pecah menjadi tiga bagian.  Kulit telur kemudian menjelma menjadi Tejamantri atau Togog, putih telur menjelma kemudian menjelma menjadi Bambang Ismaya atau Semar dan kuning telurnya menjelma menjadi Manikmaya yang kemudian menjadi Batara Guru.

Mereka bertiga sangat sakti dan semua ingin berkuasa seperti Ayahandanya Sang Hyang Tunggal, akan tetapi menjadi perdebatan sehingga menimbulkan pertengkaran. Dikisahkan Manikmaya mengajukan usul perlombaan untuk menelan gunung kemudian memuntahkannya kembali. Dari sini banyak pelajaran yang dapat diambil karena gunung itu merupakan sesuatu untuk menancapkan atau mengokohkan kedudukan dibumi akan tetapi diperlombakan untuk ditelan walau kemudian untuk dimuntahkan kembali.  Kemudian pelajaran yang diambil adalah janganlah memperebutkan sesuatu yang bukan haknya serta janganlah terhasut oleh usul yang nampaknya baik dan masuk akal.

Tejamantri yang mulai perlombaan pertama ternyata gagal untuk menelan gunung, dikarenakan tidak cukup ilmunya maka terjadi perubahan terhadap mulutnya. Bambang Ismaya kemudian berusaha untuk menelan sebuah gunung dan berhasil akan tetapi sesuatu yang sudah ditelan pasti akan berubah dan Bambang Ismaya tidak dapat memuntahkannya kembali sehingga terjadi perubahan fisik pada perutnya yang membesar. Secara ilmu memadai akan tetapi kurang untuk memuntahkannya kembali.

Karena menelan gunung inilah maka bentuk Semar menjadi besar, gemuk dan bundar. Proporsi tubuhnya sedemikian rupa sehingga nampak sebagai orang cebol. Manikmaya dalam cerita tidak dikatakan mengikuti perlombaan meski ia sendiri yang mengusulkan perlombaan ini, ia dikabarkan malah pergi memberitahukan perihal kedua kakaknya kepada Sang Hyang Wenang. Atas berita dari Manikmaya tersebut Sang Hyang Wenang membuat keputusan bahwa Manikmayalah yang akan menerima mandat sebagai penerus dan menjadi raja para dewa.

Akhirnya Batara Guru yang mendapat tugas menjadi penguasa di kayangan,Semar kemudian menjadi pengasuh ksatria-ksatria yang berwatak baik, dan Togog menjadi pengasuh ksatria-ksatria yang berwatak jahat, seperti dua sisi mata uang selalu ada sisi baik dan sisi buruk.

No comments:

Post a Comment

back to top
back to bottom